Sabtu, 21 Maret 2020

Periode 1

Pendahuluan & Teori Etika Bisnis

A. Latar Belakang
Teori etika menyediakan kerangka yang dapat digunakan untuk memastikan benar atau tidaknya keputusan moral. Keputusan moral yang diambil bisa jadi beralasan (memiliki moral reasoning) berdasarkan suatu teori etika. Namun sering terjadi benturan-benturan yang diakibatkan karena pada kenyataannya banyak terdapat teori etika yang mengakibatkan penilaian berbeda-beda sebagai akibat dari tidak adanya kesepakatan oleh semua orang. Teori deontologi sering disebut sebagai etika kewajiban karena berpendapat bahwa tugas merupakan moral dasar dan tidak tergantung pada konsukensi yang ditimbulkan yang terdiri dari teori hak (rights), keadilan(justice), perhatian(care), dan keutamaan(virtue). Teori teleologi berpandangan bahwa suatu tindakan benar atau salah tergantung pada konsukuensi yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut. Teori ini sering juga disebut dengan pendekatan konsukuensialis. Teori etika utlitiarianisme berakar dari teori teleogi dan sering digunakan untuk menilai kebijakan pemerintah dan komoditas publik.

B. Pentingnya Teori Etika
Teori etika memiliki peranan penting dalam melegitimasi segala perbuatan dan tindakan yang dilihat dari sudut pandang moralitas yang disepakati oleh masyarakat. Dalam prakteknya, terkadang penerapan nilai etika hanya dilakukan sebatas persetujuan atas standar moral yang telah disepakati untuk tidak dilanggar. Norma moral yang menjadi standar masyarakat untuk menentukan baik buruknya perilaku dan tindakan seseorang, terkadang hanya dianggap suatu aturan yang disetujui bersama tanpa dipertimbangkan mengapa aturan-aturan moral tersebut harus kita patuhi. Untuk itu, pemikiran-pemikiran yang lebih mendalam mengenai alasan-alasan mengapa kita perlu berperilaku yang etis sesuai dengan norma-norma moral yang disepakati, melahirkan suatu bentuk teori etika yang menyediakan kerangka untuk memastikan benar tidaknya keputusan moral kita.

C. Etika Sebagai Moral
Moralitas berasal dari kata Latin Mos (jamak – Mores) berarti adat istiadat atau kebiasaan. Pengertian harfiah dari etika dan moralitas, sama-sama berarti sistem nilai tentang bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia yang telah diinstitusionalisasikan dalam sebuah adat kebiasaan yang kemudian terwujud dalam pola perilaku yang ajek dan terulang dalam kurun waktu yang lama sebagaimana layaknya sebuah kebiasaan.

D. Etika Sebagai Ilmu
Etika sebagai Ilmu menuntut orang untuk berperilaku moral secara kritis dan rasional. Dengan menggunakan bahasa Nietzcshe, etika sebagai ilmu menghimbau orang untuk memiliki moralitas tuan dan bukan moralitas hamba Dalam bahasa Kant, etika berusaha menggugah kesadaran manusia untuk bertindak secara otonom dan bukan secara heteronom. Etika bermaksud membantu manusia untuk bertindak secara bebas tetapi dapat dipertanggungjawabkan.

E. Teori Etika
1. Etika Teleologi
Dari kata Yunani, telos = tujuan. Mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu.
Dua aliran etika teleologi :
-          Egoisme Etis
-          Utilitarianisme

* Egoisme Etis
Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri.
Satu-satunya tujuan tindakan moral setiap orang adalah mengejar kepentingan pribadi dan memajukan dirinya.
Egoisme ini baru menjadi persoalan serius ketika ia cenderung menjadi hedonistis, yaitu ketika kebahagiaan dan kepentingan pribadi diterjemahkan semata-mata sebagai kenikmatan fisik yg bersifat vulgar.

* Utilitarianisme
Berasal dari bahasa latin utilis yang berarti “bermanfaat”. Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan.
Dalam rangka pemikiran utilitarianisme, kriteria untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah “the greatest happiness of the greatest number” , kebahagiaan terbesar dari jumlah orang yang terbesar.
Utilitarianisme, teori ini cocok sekali dengan pemikiran ekonomis, karena cukup dekat dengan Cost-Benefit Analysis. Manfaat yang dimaksudkan utilitarianisme bisa dihitung sama seperti kita menghitung untung dan rugi atau kredit dan debet dalam konteks bisnis.
Utilitarianisme, dibedakan menjadi dua macam:
a. Utilitarianisme Perbuatan (Act Utilitarianism)
b. Utilitarianisme Aturan (Rule Utilitarianism)
Prinsip dasar utilitarianisme (manfaat terbesar bagi jumlah orang terbesar) diterpakan pada perbuatan. Utilitarianisme aturan membatasi diri pada justifikasi aturan-aturan moral.

2. Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang berarti kewajiban.
‘Mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk’, deontologi menjawab : ‘karena perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dan karena perbuatan kedua dilarang’.
Yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban. Pendekatan deontologi sudah diterima dalam konteks agama, sekarang merupakan juga salah satu teori etika yang terpenting. Ada tiga prinsip yg harus dipenuhi :
(1) Supaya tindakan punya nilai moral, tindakan ini harus dijalankan berdasarkan kewajiban.
(2) Nilai moral dari tindakan ini tidak tergantung pada tercapainya tujuan dari tindakan itu melainkan tergantung pada kemauan baik yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan itu, berarti kalaupun tujuan tidak tercapai, tindakan itu sudah dinilai baik.
(3) Sebagai konsekuensi dari kedua prinsip ini, kewajiban adalah hal yang niscaya dari tindakan yang dilakukan berdasarkan sikap hormat pada hukum moral universal

Bagi Kant, Hukum Moral ini dianggapnya sbg perintah tak bersyarat (imperatif kategoris), yg berarti hukum moral ini berlaku bagi semua orang pada segala situasi dan tempat.
Perintah Bersyarat adalah perintah yg dilaksanakan kalau orang menghendaki akibatnya, atau kalau akibat dari tindakan itu mrpk hal yg diinginkan dan dikehendaki oleh orang tersebut.
Perintah Tak Bersyarat adalah perintah yg dilaksanakan begitu saja tanpa syarat apapun, yaitu tanpa mengharapkan akibatnya, atau tanpa mempedulikan apakah akibatnya tercapai dan berguna bagi orang tsb atau tidak.
3.       Teori Hak
Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku.
Teori Hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena berkaitan dengan kewajiban. Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang sama.
Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis.

3. Teori Keutamaan (Virtue)
Memandang sikap atau akhlak seseorang. Tidak ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu adil, atau jujur, atau murah hati dan sebagainya.
Keutamaan bisa didefinisikan sebagai berikut : disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral.
Contoh keutamaan :
a. Kebijaksanaan
b. Keadilan
c. Suka bekerja keras
d. Hidup yang baik

Keutamaan yang harus menandai pebisnis perorangan bisa disebut : kejujuran, fairness, kepercayaan dan keuletan. Keempat keutamaan ini berkaitan erat satu sama lain dan kadang-kadang malah ada tumpang tindih di antaranya.
Fairness : kesediaan untuk memberikan apa yang wajar kepada semua orang dan dengan wajar dimaksudkan apa yang bisa disetujui oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu transaksi.
Keutamaan-keutamaan yang dimilliki manajer dan karyawan sejauh mereka mewakili perusahaan, adalah : Keramahan, Loyalitas, Kehormatan dan Rasa malu.
Keramahan merupakan inti kehidupan bisnis, keramahan itu hakiki untuk setiap hubungan antar manusia, hubungan bisnis tidak terkecuali.
Loyalitas berarti bahwa karyawan tidak bekerja semata-mata untuk mendapat gaji, tetapi mempunyai juga komitmen yang tulus dengan perusahaan.
Kehormatan adalah keutamaan yang membuat karyawan menjadi peka terhadap suka dan duka serta sukses dan kegagalan perusahaan.
Rasa malu membuat karyawan solider dengan kesalahan perusahaan.


Bisnis & Etika

A.    Pengertian Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan cara-cara saat melakukan kegiatan berbisnis yang mencakup semua aspek, baik itu yang berkaitan dengan seorang individu, perusahaan maupun masyarakat. Etika bisnis dapat membangun dan membentuk nilai-nilai, norma dan perilaku yang baik dalam berbisnis. Misalnya dalam perusahaan etika bisnis dapat membentuk perilaku karyawan yang baik, serta dapat membangun hubungan bisnis yang baik juga dengan konsumen maupun mitra kerja perusahaan.
Karena setiap perusahaan dalam berbisnis meyakini bisnis yang baik ialah bisnis yang memiliki etika bisnis yang mematuhi peraturan hukum atau peraturan yang berlaku. Dalam suatu perusahaan etika bisnis dapat menjadikan pedoman untuk melaksanakan aktivitas dalam bekerja, yang dimana bekerja dilandasi dengan etika, moral, kejujuran dan profesionalisme.

B.     Tujuan Etika Bisnis
·  Sedangkan tujuan etika bisnis salah satunya ialah memberikan kesadaran akan moral dan memberikan batasa kepada para pelaku bisnis supaya dalam menjalankan bisnisnya dengan bersikap baik, sehingga tidak berperilaku yang dapat merugikan banyak pihak yang ada hubungannya dengan bisnis tersebut.
·   Jadi etika bisnis dapat mengatur dan mengarahkan para pelaku bisnis untuk mewujudkan manajemen maupun citra yang baik dalam berbisnis, sehingga bisnis tersebut dapat diikuti oleh semua orang yang mempercayai adanya bahwa bisnis itu memiliki etika yang baik.
·     Dan dengan etika bisnis juga maka kegiatan bisnis dapat jauh dari citra buruk seperti citra yang kotor, licik dan penuh dengan penipuan. Ciri-ciri bisnis yang memiliki etika baik diantaranya seperti tidak merugikan pembisnis atau usaha orang lain, tidak melanggar aturan atau hukum yang berlaku, tidak membuat suasana yang tidak kondusif pada saingan bisnisnya dan memiliki izin usaha yang sah serta jelas.

C.    Mitos Bisnis Amoral
·      Mitos ini mengungkapkan suatu keyakinan bahwa antara bisnis dan moralitas atau etika tidak ada hubungannya, berbeda dan tidak boleh dicampuradukkan.
·    Bisnis berorientasi untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin tanpa mengindahkan etika dan moralitas.

D. Argumen yang mendukung mitos bisnis amoral
· Bisnis sama dengan judi sebuah bentuk persaingan dan permainan yang mengutamakan kepentingan pribadi dan mengupayakan segala macam cara untuk mencapai kemenangan.
· Aturan yang dipakai dalam bisnis berbeda dengan aturan dalam kehidupan sosial.
· Orang bisnis yang mematuhi aturan moral akan berada dalam posisi yang tidak menguntungkan di tengah persaingan yang ketat.

E. Argumen yang menentang mitos bisnis amoral
· Bisnis tidak sama dengan judi atau permainan, yang dipertaruhkan dalam bisnis tidak hanya uang atau barang, tetapi juga harga diri, nama baik, dll.
· Bisnis tidak mempunyai aturan sendiri yang berbeda dengan aturan kehidupan sosial masyarakat. 
· Harus dibedakan antara legalitas dan moralitas. Praktek bisnis tertentu yang dibenarkan secara legal belum tentu dibenarkan secara moral.
· Etika harus dibedakan dengan ilmu empiris. Dalam ilmu empiris, fakta yang berulang terus dan terjadi dimana-mana menjadi teori dan hukum ilmiah, dalam etika tidak demikian.

F. Keuntungan dan Etika
Etika tidak bertentangan dengan tujuan bisnis untuk mencari keuntungan, karena:
· Keuntungan memungkinkan perusahaan bertahan dalam kegiatan bisnisnya.
· Tanpa memperoleh keuntungan, tidak ada investor yang berminat sehingga aktivitas ekonomi bisa terlambat.
· Keuntungan diperlukan untuk dapat menghidupi karyawan pada tingkat dan taraf hidup yang semakin baik.

G. Alasan perlunya etika dalam bisnis
· Kinerja bisnis tidak hanya diukur dari kinerja manajerial / finansial saja tetapi juga berkaitan dengan komitmen moral, integritas moral, pelayanan, jaminan mutu dan tanggung jawab sosial.
· Dengan persaingan yang ketat, pelaku bisnis sadar bahwa konsumen adalah raja sehingga perusahaan harus bisa merebut dan mempertahankan kepercayaan konsumen.
· Perusahaan semakin menyadari bahwa karyawan bukanlah tenaga kerja yang siap untuk dieksploitasi untuk mendapatkan keuntungan semaksimnal mungkin. Karyawan adalah subyek utama yang menentukan keberlangsungan bisnis sehingga harus dijaga dan dipertahankan.
· Perlunya menjalankan bisnis dengan tidak merugikan hak dan kepentingan semua pihak yang terkait dengan bisnis

H. Etika Bisnis
Etika bisnis ialah pengetahuan tentang cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal serta implementasi norma dan moralitas untuk menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis.

I. Sasaran dan Ruang Lingkup Etika Bisnis
· Etika Bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi dan masalah yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis.
· Etika Bisnis adalah untuk menyadarkan masyarakat bahwa hak dan kewajiban mereka tidak boleh dilanggar oleh pratek bisnis siapapun juga.
· Etika Bisnis juga berbicara mengenai sistem ekonomi yang sangat menentukan etis tidaknya suatu usaha bisnis.

J. Faktor Pendukung Implementasi Etika Bisnis
Adanya kepedulian terhadap mutu kehidupan kerja oleh manajer atau peningkatan “Quality of Work Life”
· Adanya “Trust Crisis” dari publik kepada perusahaan.
· Mulai diterapkan punishment yang tegas terhadap skandal bisnis oleh pengadilan.
· Adanya peningkatan kekuatan control dari LSM.
· Tumbuhnya kekuatan publisitas oleh media.
· Adanya transformasi organisasi dari “transaction oriented” menjadi “relation oriented”.


K.    Contoh Bisnis Yang Beretika
Salah satu contoh singkat bisnis yang beretika misalnya ada suatu perusahaan yang bergerak di bidang makanan dia berinovasi menambahkan bumbu-bumbu tertentu untuk makannya, perusahaan ini tidak melanggar aturan karena dia tidak menjiplak resep perusahaan lain karena dia berinovasi dengan resep yang sudah ada yang dia miliki.
Lalu perusahaan ini mendapatkan hak paten dan mengajukan izin produksi makanan pada dinas kesehatan, setelah melalui tahapan-tahapan perizinan seperti izin usaha, ijin produksi dan lain-lain maka perusahaan ini telah secara sah atau legal menjalankan usahanya.


Prinsip-Prinsip Etika

A.    Prinsip Otonomi
Prinsip dimana pelaku bisnis memiliki kebebasan untuk mengambil keputusan yang dinilainya baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Prinsip otonomi pada etika bisnis adalah kemampuan dan sikap seseorang saat mengambil tindakan dan keputusan yang berdasarkan kesadarannya sendiri mengenai apa yang dianggapnya baik yang bisa dilakukan.
Jika orang sadar dalam melakukan kewajibannya dalam berbisnis maka dikatan orang tersebut sudah memiliki prinsip otonomi dalam beretika bisnis. Sebagai contoh dia paham mengenai bidang pekerjaannya dengan situasi dan tuntutan yang akan dihadapinya dan mengetahui aturan apa saja didalam bidang pekerjaannya.
Selain, itu seseorang yang sudah memiliki fungsi otonomi akan sadar tentang risiko dan akibat yang akan muncul terhadap dirinya dan orang lain yang sebagai pelaku bisnis. Pada umumnya seseorang yang memiliki prinsip otonomi akan lebih menyukai diberikan kebebasan dan kewenangan  untuk melakukan hal yang dianggapnya baik

B.     Prinsip Kejujuran
Kejujuran dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian, transaksi barang dan jasa, dan kejujuran dalam hubungan kerja intern dalam perusahaan.

C.     Prinsip Saling Menguntungkan (mutual benefit principle)
Prinsip yang menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak. Pelaku bisnis harus menjalankan bisnisnya dengan sebaik mungkin agar masing-masing pihak yang terkait mendapatkan keuntungan. Sama seperti prinsip keadilan, prinsip memberi keuntungan juga memiliki tujuan untuk menghindarkan salah satu pihak saja yang untung.
Misalnya saja, pengusaha harus memberikan harga sebenarnya suatu barang terhadap konsumen serta memberikan pelayanan sebaik mungkin untuk memberikan kepuasan konsumen. Oleh karena itu prinsip saling memberikan keuntungan harus dipegang erat.

D.    Prinsip Integritas Moral
Prinsip yang dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan agar dalam menjalankan bisnisnya tetap menjaga nama baiknya dan nama baik perusahaan. Dalam menjalankan tugasnya para pelaku bisnis harus mempertahankan nama baik perusahaannya. Pelaku bisnis harus mengelola dan menjalankan bisnis dengan sebaik mungkin agar kepercayaan konsumen atau pihak lain terhadap perusahaan tetap ada.
Dengan pengertian lainnya, seseorang atau pelaku bisnis harus memberikan dorongan terhadap diri sendiri dalam berbisnis untuk memunculkan rasa bangga. Hal ini biasanya dapat terlihat dari perilaku pembisnis diluar dan didalam perusahaan.

E.     Prinsip Keadilan Etika Bisnis
Prinsip yang satu ini mengharuskan pelaku bisnis diperlakukan secara adil dan disesuaikan dengan kriteria rasional. selain itu pun mengharuskan seseorang agar dalam menjalankan suatu bisnis harus memperlakukan relasi internal dan eksternal secara sama dan memberikan hak mereka masing-masing. Hal ini bertujuan untuk menjauhkan kerugian terhadap salah satu pihak pelaku bisnis

F.      Budaya Perusahaan (Corporate Culture)
Ialah suatu kebiasaan atau budaya moral dalam kegiatan bisnis yang dianut oleh suatu perusahaan dari satu generasi ke generasi yang lain. Intinya ialah pembudayaan.

G.    Realisasi Budaya Dalam Unit Usaha Juga Dapat Dilihat
• Bagaimana perilaku perusahaan dan karyawan terhadap masa depan perusahaan
• Bagaiaman sikap perusahaan terhadap sesame karyawan, atasan-bawahan
• Bagaimana sikap/perilaku perusahaan terhadap pihak luar (konsumen, suplier, dll)
• Bagaiman perilaku karyawan selama di lingkungan perusahaan
• Bagiamana perilaku karyawan dalam menyelesaikan tugasnya (waktu, proses, hasil).

H. Stakeholder Paradigma
• Merupakan pendekatan yang menyatakan bahwa semua pihak yang berkepentingan dengan bisnis (stakeholder) hak dan kepentingannya harus dijamin, dihargai dan diperhatikan.
• Ada dua kelompok stakeholder, yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder. Kelompok primer terdiri dari pemegang saham, kreditur, karyawan, pemasok, konsumen, distributor dan pesaing. Kelompok sekunder terdiri dari pemerintah setempat, pemerintah asing, kelompok sosial, media massa, LSM, dan lain-lain.

I. Prinsip Etika Bisnis Dalam Sebuah Perusahaan
1. Prinsip Kejujuran
Prinsip kejujuran harus menjadi dasar penting dalam menjalankan bisnis apa pun. Bagi sebagian pengusaha, baik pengusaha modern maupun pengusaha konvensional, menyatakan bahwa kejujuran merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam bisnis apa pun.
Prinsip kejujuran sangat penting bagi pengusaha. Secara umum, bisnis yang berjalan tanpa mengadopsi prinsip kejujuran tidak akan bertahan lama. Bagi pengusaha, kejujuran ini terkait dengan kualitas dan harga barang yang ditawarkan kepada konsumen.
Dengan kata lain, menjual produk berkualitas tinggi dengan harga yang wajar dan masuk akal adalah bentuk kejujuran dari seorang wirausahawan kepada konsumen. Kejujuran memiliki dampak besar pada proses menjalankan bisnis.
Sekali seorang pengusaha tidak jujur ​​/ menipu konsumen, maka ini adalah awal dari kemunduran dan bahkan kehancuran bisnis. Apalagi di bisnis modern seperti sekarang ini, tingkat persaingannya sangat tinggi.

2. Prinsip Otonomi
Prinsip otonomi saya terkait dengan sikap dan kemampuan individu dalam mengambil keputusan dan tindakan yang benar. Dengan kata lain, seorang pelaku bisnis harus dapat membuat keputusan yang baik dan benar, dan memperhitungkan keputusan itu.
Pengusaha dapat dikatakan memiliki prinsip otonomi dalam melakukan bisnis jika mereka memiliki kesadaran penuh akan kewajiban mereka dalam menjalankan bisnis. Artinya, seorang wirausaha memahami bidang bisnis yang dilakukan, situasi yang dihadapi, dan tuntutan serta aturan yang berlaku di bidang itu.
Pelaku bisnis juga dikatakan memiliki prinsip otonomi jika mereka sadar bahwa keputusan dan tindakan yang diambil sesuai atau bertentangan dengan nilai atau norma moral tertentu, dan memiliki risiko yang dapat terjadi pada diri mereka sendiri dan perusahaan.
Prinsip otonom tidak hanya mengikuti nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku, tetapi juga kesadaran batin bahwa apa yang dilakukan adalah hal yang baik.

3. Prinsip Keadilan
Adil dalam hal ini berarti bahwa semua pihak yang terlibat dalam bisnis memiliki hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama sesuai dengan aturan yang berlaku. Dengan begitu, semua pihak yang terlibat dalam bisnis harus berkontribusi pada keberhasilan bisnis yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan menerapkan prinsip keadilan ini, semua pihak yang terlibat dalam bisnis, baik hubungan internal maupun hubungan eksternal, akan menerima perlakuan yang sama sesuai dengan haknya masing-masing.

4. Prinsip Saling Menguntungkan
Prinsip saling menguntungkan berarti bahwa kegiatan bisnis yang dilakukan memberikan manfaat bagi semua pihak.Berbeda dengan prinsip keadilan yang mensyaratkan bahwa semua pihak tidak merasa rugi, prinsip saling menguntungkan membutuhkan hak dalam hal manfaat dari kegiatan bisnis.
Prinsip saling menguntungkan ini terutama mengakomodasi sifat dan tujuan bisnis itu sendiri. Dalam praktiknya, prinsip ini terjadi dalam proses bisnis yang baik di mana pengusaha ingin mendapat untung dan konsumen ingin mendapatkan barang atau jasa yang memuaskan.

5. Prinsip Integritas Moral
Dalam menjalankan bisnis, bisnis harus memiliki prinsip integritas moral yang baik. Tujuannya untuk menjaga nama baik perusahaan dan tetap menjadi perusahaan yang dipercaya oleh konsumen.
Dalam praktiknya, penerapan prinsip ini harus dilakukan oleh semua pihak, baik pemilik bisnis, karyawan, dan manajemen perusahaan.
6. Prinsip Loyalitas
Prinsip kesetiaan berkaitan dengan proses menjalankan bisnis yang dilakukan oleh pekerja, baik manajemen, atasan, dan bawahan. Loyalitas dapat dilihat dari cara kerja dan keseriusan dalam menjalankan bisnis sesuai dengan visi dan misi perusahaan.
Dengan kata lain, penerapan prinsip loyalitas berarti bahwa wirausahawan dan elemen-elemen di dalamnya tidak boleh membingungkan masalah pribadi dengan masalah pekerjaan.

J. Pendekatan Etika Bisnis Untuk Menjalankan Prinsip :

1. Justice Approach
Dalam tindakan ini, semua orang yang memiliki hak untuk mengambil keputusan berada di posisi yang sama, dan bertindak adil dalam melayani pelanggan, baik individu maupun kelompok. Pendekatan etika bisnis ini dapat menguntungkan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

2. Individual Rights Approach
Dalam pendekatan ini mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghargai tindakan satu sama lain. Namun, ketika suatu tindakan dianggap menyebabkan perpecahan atau bertentangan dengan hak orang lain, maka tindakan ini harus dihentikan / dihindari.

3. Utilitarian Approach
Dalam pendekatan ini, semua tindakan yang diambil harus didasarkan pada pemahaman akan konsekuensi. Artinya, seorang wirausahawan harus dapat memberikan manfaat baru kepada masyarakat dengan biaya serendah mungkin tanpa membahayakan orang lain.