Rabu, 10 Januari 2018

Aset Tetap, Aset Sumber Daya Alam, dan Aset Tak Berwujud

A. Aset Tetap

Aset tetap adalah sumberdaya yang memiliki 3 karakteristik, yaitu memiliki bentuk fisik, digunakan dalam kegiatan operasional, dan tidak untuk dijual kekonsumen. Aset ini bisa dinamakan dengan propertypabrik, dan peralatan. Perusahaan memiliki kepentingan untuk selalu menjaga asset tetapnya dalam kondisi yang baik, mengganti bagian yang rusak atau asset yang telah usang, dan mengembangkan sumberdaya yang produktif sesuai kebutuhan perusahaan.


Asset tetap juga memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, artinya asset tetap dimiliki untuk digunakan dalam operasi perusahaan bukan untuk dijual kembali atau investasi.
2. Masa manfaatnya lebih dari 1 tahun atau 1 siklus operasi normal perusahaan dan nilai manfaatmya dapat diukur.
3. Mempunyai nilai yang cukup material, artinya nilai atau harga asset tersebut cukup tinggi, misalnya tanah, bangunan, mesin-mesin, inventaris, peralatan,dan kendaraan.
4. Memiliki wujud fisik, artinya dapat dilihat atau diraba.

Berdasarkan sifatnya, aset tetap dibagi atas aset tetap berwujud dan asset tetap tidak berwujud. Aset tetap berwujud sering disebut aset tetap adalah aset tetap yang mempunyai bentuk fisik. Terdapat 3 jenis asset tetap berwujud, yaitu :
1. Aset yang merupakan sumber penyusutan(depresiasi), seperti gedung, peralatan, inventaris atau peralatan, dan kendaraan.
2. Aset yang merupakan sumber deplesi seperti tambang dan mineral atau sumber-sumber alam.
3. Aset yang tidak mengalami penyusutan atau deplesi, seperti tanah untuk bangunan perusahaan.

Aset tetap tidak berwujud adalah asset yang tidak memiliki wujud fisik, tetapi mempunyai nilai atau manfaat bagi perusahaan yang dinyatakan dalam bentuk jaminan tertentu, seperti hak paten, goodwill, hak cipta, hak monopoli, merk dagang, biaya riset dan pengembangan, serta biaya pendirian perusahaan.

B. Menentukan Harga Perolehan Aset Tetap

Prinsip biaya mengharuskan asset tetap di catat pada harga perolehannya. Harga perolehan mencakup seluruh pengeluaran yang dibutuhkan untuk memperoleh asset dan juga membuat asset tersebut siap digunakan.

Penerapan prinsip biaya ini akan dilakukan pada beberapa kelompok utama dari asset tetap, sebagai berikut :
1. Tanah
Tanah biasanya digunakan sebagai tempat bangunan untuk lokasi pabrik atau kantor. Harga perolehan tanah mencakup :
Harga pembelian tunai.
-  Biaya pengalihan kepemilikan, seperti biaya notaris.
-  Komisi untuk agent real estate.
Pajak bumi dan bangunan.
Biaya lain terkait dengan tanah yang harus dibayar oleh pembeli.

2. Pengembangan Tanah
Pengembangana Tanah merupakan tambahan struktural yang dilakukan diatas tanah, seperti jalur kendaraan, tempat parkir, pemagaran, taman, dan saluran air bawah tanah. Karena memiliki masa manfaat yang terbatas, biaya perolehan perbaikan tanah dibebankan selama masa manfaatnya.

3. Bangunan
Merupakan fasilitas yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan, seperti toko, kantor, pabrik, gudang, dan hangar pesawat. Seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan pembelian maupun konstruksi bangunan akan di debit ke akun bangunan.

4. Peralatan
Peralatan mencakup asset yang digunakan dalam kegiatan operasional seperti tempat penitipan ditoko, furniture kantor, mesin pabrik, truk untuk mengantar barang dan pesawat. Harga perolehan peralatan, seperti kendaraan.

C. Depresiasi

Depresiasi merupakan proses alokasi biaya, bukan proses penilaian aset. Perubahan dalam nilai pasar aset tidak dihitung selama kepemilikan aset karena aset tetap tidak dimiliki untuk dijual kembali.
Depresiasi ditetapkan pada tiga kelompok asset tetap: pengembangan tanah, bangunan, dan peralatan. Setiap asset dalam kelompok ini diperlakukan sebagai asset yang dapat disusutkan.
Kemampuan menghasilkan pendapatan juga akan menurun karena usang. Usang adalah proses menjadi tidak sesuai kondisinya dengan kebutuhan sebelum asset tersebut secara fisik sudah tidak dapat digunakan lagi.

Tiga Faktor yang mempengaruhi perhitungan depresiasi :
1. Harga Perolehan
Harga Perolehan memengaruhi biaya dari asset yang dapat disusutkan. Asset tetap dicatat pada harga perolehan, terkait dengan prinsip biaya.
2. Masa Manfaat
Masa Manfaat adalah estimasi masa produktif yang diperkirakan, yang disebut juga dengan umur manfaat.
3. Nilai Sisa
Nilai Sisa adalah estimasi nilai aset pada akhir masa manfaat. Nilai ini bisa berdasarkan pada nilai aset sebagai nilai rongsokan atau nilai pertukaran.

Metode Depresiasi
Depresiasi secara umum dapat menggunakan beberapa metode berikut :
1.      Garis lurus
Metode garis lurus menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama setiap tahun sepanjang umur manfaat suatu aset tetap.

2.      Unit Aktivitas
Metode unit produksi menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama bagi setiap unit yang diproduksi atau setiap unit kapasitas yang digunakan oleh aset. Untuk menerapkan metode ini umur manfaat aset diekspresikan dalam istilah unit kapasitas produktif seperti jam atau mil. Total beban penyusutan untuk setiap periode akuntansi kemudian ditentukan dengan mengalikan penyusutan per unit dengan jumlah unit yang dihasilkan atau digunakan selama periode dimaksud.

3.      Saldo menurun
Metode saldo menurun menghasilkan beban periodik yang terus menurun sepanjang estimasi umur manfaat aset. Untuk menerapkan metode ini, tarif penyusutan garis lurus tahunan terlebih dahulu harus digandakan. 


D.   Sumber Daya Alam

Sumber daya alam mencakup sumberdaya yang diatas tanah dan cadangan dibawah tanah seperti
minyak, gas, dan mineral lain. Aset ini adalah asset produktif yang memiliki masa manfaat lama
dengan 2 karakteristik yang berbeda, yaitu :
1. Secara fisik merupakan hasil dari kegiatan operasional seperti penggalian, pemotongan atau pemompaan.
2. Hanya dapat digantikan oleh kekuatan alam. Harga perolehan sumber daya alam adalah harga yang dibutuhkan untuk memperoleh sumber daya tersebut dan seluruh persiapan untuk membuat aset tersebut setiap digunakan.

E. Aset Tidak Berwujud

Aktiva tidak berwujud adalah hak, hak istimewa dan keuntungan kompetitif yang timbul dari kepemilikan suatu aktiva yang berumur panjang, yang tidak dimiliki wujud fisik tertentu. Bukti kepemilikan aktiva tak berwujud bisa berupa kontrak, lisensi atau dokumen lain. Aktiva tidak berwujud mungkin timbul dari :
1. Pemerintah seperti hak paten, hak cipta, franchise, merek dagang dan nama dagang.
2. Perusahaan lain, misalnya pembelian yang mencakup pembayaran untuk goodwill.
3. Penjualan tertentu, seperti franchise dan lease.

a. Hak Paten
Hak yang diberikan oleh pemerintah (instansi yang berwenang) kepada pemegangnya untuk menggunakan atau mengawasi dan mengkomersilkan hasil temuannya. Hak Paten diberikan untuk jangka waktu 17 tahun. Hak Paten harus diamortisasi selama masa kegunaannya, dengan batas waktu maksimum 17 tahun. Apabila karena sesuatu hal Paten tersebut sudah tidak lagi memberikan manfaat atau sudah kehilangan nilai komersialnya (tidak laku lagi), maka nilai buku hak paten harus dihapuskan.

b. Hak Cipta
Hak yang diberikan oleh pemerintah (instansi yang berwenang) kepada pengarang, pencipta lagu, musik, barang–barang seni dan lainnya untuk mempublikasikan, menerbitkan, mengawasi, dan mengkomersialkan hasil ciptaannya. Hak cipta diberikan untuk jangka waktu 28 tahun, dengan ditambah kemungkinan perpanjangan Hak Cipta selama 28 tahun kedua.

Komponen harga perolehan hak cipta dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti halnya hak paten. Harga perolehan hak cipta harus diamortisasi selama hak cipta tersebut memberikan manfaat, dan harus dihapuskan pada saat hak cipta sudah tidak lagi bermanfaat. Amortisasi hak cipta dilakukan dengan mendebet rekening biaya dan mengkredit rekening hak cipta.

c. Franchise
Hak monopoli yang diberilan oleh instansi pemerintah untuk menggunakan fasilitas umum yang manfaatnya akan dinikmati oleh masyarakat. Franchises bisa diberikan untuk waktu yang terbatas atau untuk waktu yang tidak terbatas. Franchises yang diberikan untuk waktu yang terbatas harus diamortisasi selama jangka waktu tersebut.

d. Cap dan Merk Dagang
Suatu tanda yang dipakai untuk mengidentifikasikan suatu produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan tertentu. Apabila cap & merk dagang diperoleh dengan cara membeli, maka harga perolehannya diukur dengan jumlah uang yang dibayarkan ditambah dengan biaya registrasi dan biaya lain dalam usaha untuk mendapatkan cap dan merk dagang tersebut. Apabila cap dan merk dagang dibuat sendiri oleh perusahaan, maka harga perolehan adalah semua biaya yang dikeluarkan sampai dengan cap & merk dagang tersebut bisa digunakan.

e. Goodwill
Goodwill merupakan contoh dari aktiva tetap tak berwujud yang tidak dapat diidentifikasi secara spesifik. Dari segi akuntansi, goodwill adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba di atas laba normal dari lain-lain perusahaan yang sejenis. Goodwill berhubungan dengan atau timbul dari berbagai macam faktor yang sulit diukur secara kuantitatif, seperti hubungan yang baik / memuaskan antara perusahaan dengan konsumen, lokasi perusahaan yang strategis efisiensi dalam aktifitas produksi, hubungan baik antar karyawan dalam perusahaan, kedudukan dalam persaingan yang menguntungkan.

Akuntansi Untuk Piutang

A. Piutang

Piutang merupakan salah satu unsur dari aktiva lancar dalam neraca perusahaan yang timbul akibat adanya penjualan barang dan jasa atau pemberian kredit terhadap debitur yang pembayaran pada umumnya diberikan dalam tempo 30 hari sampai dengan 90 hari.

Piutang  dapat digolongkan dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain”.

Pengertian piutang yang pada umumnya digolongkan dalam aktiva lancar yang berarti  bahwa tagihan pada pihak lain yang nantinya akan diminta pembayarannya dalam jangka waktu yang tidak lama (kurang dari satu tahun) yang biasanya digolongkan dalam piutang jangka pendek.

Piutang usaha jangka pendek dapat dibagi atas dua yaitu :

1. Piutang usaha/piutang terhadap langganan
Piutang usaha/piutang terhadap langganan dalam perkiraan piutang usaha dicatat sebagai tagihan yang timbul dari penjualan barang atau jasa yang merupakan usaha perusahaan yang normal/kurang dari 1 tahun. Tagihan kepada langganan yang biasanya disebut piutang dagang adalah tuntutan keuangan terhadap pihak lain baik perorangan maupun organisasi-organisasi atau debitur-debitur lainnya.

2. Piutang yang akan diterima
Piutang yang akan diterima merupakan kontrak prestasi yang sebenarnya sudah menjadi hak perusahaan, akan tetapi belum/tidak saatnya untuk diterima, piutang ini timbul pada suatu akhir periode dimana sebenarnya tagihan tersebut akan diterima pada periode yang akan datang.

Adapun hal-hal yang termasuk dalam piutang yang akan diterima adalah :
a. Bunga yang masih harus diterima yang timbul dari aktiva yang dimiliki perusahaan, seperti wesel tagih dan bon.
b. Piutang sewa yang masih harus diterima yang timbul dari hasil penyewaan, seperti gedung, mobil dan alat-alat besar lainnya.
c. Pendapatan piutang merupakan pendapatan yang akan diterima sebagai hasil investasi dalam perusahaan.

Penggolongan piutang dan umur piutang terbagi dalam 4 golongan, yaitu :
a. Piutang lancar adalah piutang yang diharapkan tertagihnya dalam 1 tahun atau siklus usaha normal.
b. Piutang tidak lancar adalah tagihan/piutang yang tidak dapat ditagih dalam jangka waktu 1 tahun.
c. Piutang yang dihapuskan adalah suatu tagihan yang tidak dapat ditagih lagi dikarenakan pelanggan mengalami kerugian/bangkrut (tidak tertagih).
d. Piutang dicadangkan adalah tagihan yang disisihkan sebelumnya untuk menghindari piutang tidak tertagih.

B. Jenis-Jenis Piutang

Warren Reeve dan Fess mengklasifikasikan piutang kedalam tiga kategori yaitu :

1. Piutang Usaha
Piutang usaha timbul dari penjualan secara kredit agar dapat menjual lebih banyak produk atau jasa kepada pelanggan. Transaksi paling umum yang menciptakan piutang usaha adalah penjualan barang dan jasa secara kredit.

2. Wesel Tagih
Wesel tagih adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di saat perusahaan telah menerbitkan surat utang formal. Wesel biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari 60 hari. Bila wesel tagih dan piutang usaha berasal dari transaksi penjualan maka hal itu kadang-kadang disebut piutang dagang.

3. Piutang Lain-Lain
Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Piutang lain-lain meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat atau karyawan perusahaan.

C. Wesel Tagih

Wesel tagih yaitu janji tertulis yang tidak bersyarat dari suatu pihak ke pihak lain untuk sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa yang akan dating.

Ada 2 macam wesel tagih yaitu :

1. Wesel tagih tidak berbunga, yaitu wesel tagih yang tidak mencantumkan bunga, dengan demikian nilai nominal sama dengan nilai nominal pada jatuh temponya.

2. Wesel tagih berbunga, yaitu yaitu wesel tagih yang mencantumkan bunga, dengan demikian pada hari jatuh temo wesel sama dengan harga nominal wesel ditambah bunga mulai tangal penarikan sampai dengan jatuh tempo.

D. Penjualan Wesel Tagih

Apabila sebelum jatuh tempo, perusahaan memerlukan uang, wesel yang dipunyai dapat dijual kepada bank atau pihak pihak lain. Penjualan demikian ini disebut juga pendiskontoan wesel. Bank akan mnerima imbalan yang dsebut diskonto.Diskonto adalah bunga yan diperhitungkan di muka. Diskonto dihitung berdasarkan nilai pada saat jatuh tempo dan janka waktunya adalah antara saat wesel diserahkan sampai dengan tanggal jatuh tempo.

E. Pengendalian Internal Piutang

Piutang memerlukan pengendalian internal yang sama seperti aktiva perusahaan lainnya. Seluruh fungsi akuntansi harus dibuat sehingga pekerjaan salah seorang karyawan dapat digunakan sebagai verifikasi terhadap pekerjaan karyawan lainnya. Pengendalian piutang yang tepat juga termasuk memperoleh persetujuan penjualan kredit, pengembalian penjualan dan penyisihan, serta diskon penjualan.

Pengendalian yang layak terhadap piutang dapat dilakukan dengan 4 cara :
a. Penyelenggaraan catatan piutang dalam kondisi yang memuaskan untuk memenuhi kepedulian kepala bagian keuangan.
b. Penerapan dan penyelenggaraan pengaamanan pengendalian internal yang diperlukan.
c. Penyiapan laporan yang diperlukan untuk pinpinan kredit mengenai kondisi piutang dan hal-hal yang berhubungan.
d. Penilaian piutang secara wajar dalam neraca, termasuk pembentkan pengisihan cadangan yang diperlukan.

Sebelum pemberian piutang dilakukan hal-hal sebagai berikut yaitu :

1. Kebijakan kredit, kebijakan ini meliputi penetapan batas kredit, jaminan yang diperlukan, cara pembayaran, penetapan diskon dan lain-lain. Penetapan kebijakan ini dilakukan untuk mengurangi kemungkinan resiko yang terjadi atas kredit.

2. Penyelidikan kredit, sebelum kredit disetujui, penyelidikan kredit perlu dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai debitur, formula yang biasa dipakai maslah ini meliputi, informasi dari pihak lain, masal bank dan lembaga-lembaga lainya yang merupakan relasi debitur.

Pengendalian internal dimaksudkan untuk meminimalkan adanya kecurangan yang terjadi, adapun kecurangan tersebut adalah :

a. Lapping
Lapping adalah penggelapan oleh pemegang kas dengan melakukan pinjaman tanpa persetujuan yang berwenag. Hal ini dilakukan dengan cara menunda pencatatn penerimaan kas. Kegiatan ini biasanya terdapat 3 unsur yaitu :
1. Belum mencatat semua penerimaan kas.
2. Mengambil untuk kepentingan pribadi penerimaan yang belum di catat.
3. Gali lobang tutup lobang.

b. Window Dressing
Window dressing adalah memberikan suatu gambaran neraca yang bagus tetapi bukan yang sebenarnya. Hal ini terjadi karena hasil kerja pejabat dalam perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung dinilai berdasarkan baik atu tidaknya mutu dari kredit itu sendiri.

c. Penggelapan Piutang
Dengan jalan menghapus piutang dari pembayaran koperasi kemudian menagih piutang-piutang tersebut untuk mencari keuntungan pribadi.

Untuk dapat pengendalian internal yang baik atas piutang harus dapat memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Fungsi yang dilakukan oleh pegawai yang menangani transaksi penjualan harus dipisahkan dari fungsi pembukuan.
2. Fungsi penerimaan hasil pengihan piutang harus dipisahkan dari fungsi pembukuan piutang.
3. Semua transaksi pemberian kredit, pemberian potongan dan penghapusan piutang, harus mendapatkan persetujuan dari pejabat yang berwenang.
4. Piutang harus dicatat dalam buku-buku tambahan piutang.
5. Perusahaan harus membuat daftar piutang berdasarkan umurnya.

F. Pencatatan Piutang Tak Tertagih

Piutang Dagang adalah Piutang yang timbul dari penjualan kredit barang/jasa yang merupakan hasil usaha dari perusahaan yang bersangkutan. Adanya piutang tak tertagih tersebut merupakan kerugian bagi perusahaan, yang dicatat sebagai biaya usaha dengan nama akun. Kerugian Piutang / Kerugian Piutang Tak Tertagih / Biaya Penghapusan Piutang.

Adapun metode untuk mencatat kerugian piutang tak tertagih adalah sebagai berikut :

a. Metode Langsung
Ciri-cirnya sebagai berikut :
1. Kerugian dicatat pada periode penerimaan piutang, berdasarkan jumlah piutang yang dihapuskan.
2. Setiap penghapusan piutang langsung dicatat pada akun. Kerugian PiutangTak Tertagih dengan jurnal.

b. Metode Tidak Langsung
Ciri-cirinya sebagai berikut :
1. Mencatat kerugian piutang tak tertagih pada periode penjualan / terjadinya piutang melalui ayat jurnal penyesuaian.
2. Setiap penghapusan piutang dibebankan ke Cadangan piutang tak tertagih dengan jurnal.

G. Penerimaan Dari Piutang yang Telah Dihapuskan

Apabila piutang yang telah dihapuskan diterima pembayarannya, maka pencatatannya adalah sebagai berikut :

1. Metode Langsung
Jurnal :
Kas                                                            (D)       Rp xxx
      Kerugian Piutang Tak Tertagih           (K)                   Rp xxx

2. Metode Cadangan
Jurnal :
Piutang Dagang                                        (D)       Rp xxx
     Cadangan Piutang Tak Tertagih          (K)                   Rp xxx
Mengembalikan piutang yang sudah dihapuskan.

Kas                                                            (D)       Rp xxx
     Piutang Dagang                                   (K)                  Rp xxx
Mencatat penerimaan piutang yang sudah dihapuskan.

Rabu, 03 Januari 2018

Pengendalian Internal dan Kas

A. Pengendalian Internal

1. Menjaga asset perusahaan dari pencurian, pembobolan, perampokan, manipulasi, korupsi yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu.
2. Meningkatkan akurasi dan kepercayaan dari catatan akuntansi.

Keterbatasan pengendalian intern sebagai berikut :
1. Adanya kemungkinan timbulnya beban (cost) untuk mendesain pengendalian intern yang lebih besar dibandingkan manfaat yang diperoleh.
2.      Adanya faktor sumber daya manusia
3.      Besarnya ukuran perusahaan.

B. Kas

Kas merupakan harta yang paling mudah diselewengkan. Kas adalah alat pertukaran yang diakui oleh masyarakat umum. Oleh sebab itu merupakan dasar-landasan yang kuat untuk dipakai sebagai alat pengukur terhadap semua kegiatan ekonomi di dalam perusahaan.

Ada 2 kriteria agar alat pembayaran dapat diklasifikasikan sebagai kas :
1.  Harus dapat diterima umum sebagai alat pembayaran.
2.  Harus dapat digunakan sebagai alat pembayaran untuk kegiatan sehari-hari.

 Kas memilikir sifat-sifat atau karakteristik :
1. Kas mempunyai sifat yang aktif tetapi tidak produktif.
2. Kas (uang tunai) tidak mempunyai identitas kepemilikan dan mempunyai sifat yang mudah dipindahtangankan.

C. Sistem Pengendalian Internal Terhadap Kas

Tujuan pengendalian terhadap kas :
1.   Mengamankan dan mencegah terjadinya pemborosan, penyalahgunaan dan ketidak-efisiensian dari sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan. 
2.   Menjamin ketelitian dan dapat dipercayainya keberadaan data operasional dan akuntansi yang dihasilkan.
3.   Mendorong tercapainya efisiensi operasi dan dipatuhinya kebijaksanaan manajemen.

D. Pengawasan Kas

Pengawasan terhadap kas sebagai berikut :
1. Penerimaan uang
    Prosedur-prosedurnya antara lain: 
- Harus ditunjukkan dengan jelas fungsi-fungsi dalam penerimaan kas dari setiap penerimaan kas          harus segera dicatat dan disetor ke bank.
Diadakan pemisahan fungsi antara pengurusan kas dengan fungsi pencatatan kas.
Diadakan pengawasan yang ketat terhadap fungsi penerimaan dan pencatatan kas. Selain itu setiap hari harus dibuat laporan kas.

2. Pengeluaran uang
    Prosedur-prosedurnya adalah sebagai berikut :
Semua pengeluaran uang menggunakan cek kecuali untuk pengeluaran kecil dibayar dari kas kecil.
Dibentuk dana kas kecil yang diawasi dengan ketat.
Penulisan cek hanya dilakukan apabila didukung bukti-bukti yang lengkap atau dengan kata lain        digunakan sistem voucher.
Dipisahkan antara orang-orang yang mengumpulkan bukti-bukti pengeluaran, yang menulis cek,        yang menandatangani cek dan yang mencatat pengeluaran kas.
Diadakan pemeriksaan intern dengan jangka waktu yang tidak tertentu.
Diharuskan membuat kas harian.

E. Dana Kas Kecil

Dana kas kecil adalah uang kas yang disediakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil dan tidak ekonomis bila dibayar dengan cek.

Dalam hubungan dengan kas kecil ada dua metode yang digunakan yaitu:
1. Sistem Imprest
Dalam sistem ini jumlah dalam rekening kas kecil selalu tetap, yaitu sebesar check yang diserahkan kepada kasi kas kecil untuk membentuk dana kas kecil. Cek tersebut diuangkan ke bank oleh kasir kas kecil dan uangnya digunakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran kas kecil. 
2. Sistem Fluktuasi
Dalam metode fluktuasi pembentukan dana kas kecil dilakukan dengan cara yang sama seperti pada sistem imprest. Perbedaannya dengan sistem imprest adalah bahwa dalam metode fluktuasi saldo rekening kas kecil tidak tetap, tetapi berfluktuasi sesuai dengan jumlah pengisian kembali dan pengeluaran-pengeluaran kas kecil.

F. Rekonsiliasi Bank

Rekonsiliasi laporan bank berguna untuk mengecek ketelitian pencatatan dalam rekening kas dan catatan bank, selain itu untuk mengetahui penerimaan atau pengeluaran yang belum dicatat oleh perusahaan.

Hal-hal yang menimbulkan perbedaan dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Elemen-elemen yang oleh perusahaan sudah dicatat sebagai penerimaan uang tetapi belum dicatat oleh bank.
2. Elemen-elemen yang sudah dicatat sebagai penerimaan oleh bank tetapi belum dicatat oleh perusahaan.
3. Elemen-elemen yang sudah dicatat oleh perusahaan sebagai pengeluaran tetapi bank mencatatnya sebagai pengeluaran.
4. Elemen-elemen yang sudah dicatat oleh bank sebagai pengeluaran tetapi belum dicatat oleh perusahaan.

Rekonsiliasi bank dapat dibuat dalam 2 macam cara yang berbeda :
1. Rekonsiliasi Saldo Akhir, yang dapat dibuat dalam 2 bentuk :
Laporan rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas untuk menunjukkan saldo yang benar.
Laporan rekonsiliasi saldo bank kepada saldo kas.
2.  Rekonsiliasi saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir, yang bisa dibuat dalam 2 bentuk :
Laporan rekonsiliasi saldo bank kepada saldo kas (4 kolom).
Laporan rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas untuk menunjukkan saldo yang benar (8 kolom).